SURABAYA - Penantian delapan bulan bukanlah waktu yang pendek. Bagi seorang manusia biasa, dibutuhkan kesabaran dan ketabahan ekstra untuk dapat menjalaninya.

Namun, itulah yang kini dialami oleh Yus Aminudin (37), yang hingga kini senantiasa menjaga dan merawat anaknya, bayi kembar siam Janeeta dan Janeetra (7,5) bulan, di kamar Dahlia IRNA Anak Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo, Surabaya.

Yus Aminudin sedikit lega ketika ada kabar kalau sebentar lagi anaknya yang mengalami dempet dada dan perut (thoraco abdominalfagus) itu segera dioperasi oleh tim dokter yang menanganinya. Namun, kabar itu ternyata juga belum melegakannya. Sebab, masih ada masalah lagi yang mengganjal.

Ternyata, alat tissue expander, alat yang dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan kulit di perut Janeeta dan Janeetra, yang telah dipesan dari Singapura, itu nyantol di Bea Cukai, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, sejak 3 Februari 2009 lalu.

Ironisnya, alat yang dipesan oleh tim dokter kembar siam itu hingga kini belum dikirim ke RSU dr Soetomo. Berbagai upaya kini dilakukan oleh tim dokter agar empat buah tissue expander yang masing masing seharga Rp4 juta itu segera dikirim ke RSU dr Soetomo.

"Kok ada ada saja. Tinggal mau operasi saja, kini alat yang dibutuhkan oleh anak saya itu nyantol di Bea Cukai, Cengkareng, Jakarta. Saya sebetulnya jengkel, tapi saya memaknai itu adalah ujian yang harus saya hadapi," ungkap Yus Aminudin, sambil memeluk erat Janeeta dan Janeetra di dekapannya.

Yus Aminudin mengaku, mendekati pelaksanaan operasi pemisahan Janeeta dan Janeetra, beberapa kali dirinya diajak rapat oleh tim dokter operasi kembar siam di ruang rapat IRNA Anak. Pelaksanaan operasi pemisahan itu, kata dia, sebetulnya adalah sesuatu yang sangat ditunggu tunggu selama berbulan bulan.

Akan tetapi, Ketika tim dokter mengambarkan proses dan tahapan pelaksanaan operasi dan termasuk risiko yang mungkin saja terjadi, terbersit perasaan cemas dalam hati Yus Aminudin.

"Ketika diperagakan perut dan dada Janeeta dan Janeetra dibelah untuk memisahkan tubuh keduanya, dalam hati saya sebetulnya tidak tega. Tapi, karena itu demi kebaikan mereka, saya siap dengan segala risikonya," ungkapnya.

Ketua Tim Operasi Bayi Kembar Siam Janeeta dan Janeetra, dr Agus Harianto, SpA (K) mengatakan, banyak persiapan yang harus dilakukan menjelang pelaksanaan operasi pemisahan Janeeta dan Janeetra. Di antaranya, kondisi Janeeta dan Janeetra harus dalam keadaan sehat dan tidak boleh sakit.

"Saat saat seperti ini, Janeeta dan Janeetra jangan sampai mengalami batuk, pilek, atau sakit diare. Selain itu, nutrisi makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka juga harus bagus," ujarnya.

Dia mengatakan, pada saat seperti ini bukan hanya Janeeta dan Janeetra yang harus siap namun orang tuanya juga secara psikologis harus siap. Oleh karena itu, kata dia, selain menyiapkan dokter ahli bedah, juga disiapkan Psikiater untuk membantu kesiapan mental bagi orang tua Janeeta dan Janeetra.

"Penantian delapan bukan adalah penantian yang berat. Tidak sembarang orang bisa menjalani seperti itu. Apalagi, sekarang mendekati tahapan operasi, orang tuanya harus lebih siap secara psikologis," ujarnya.

Dia mengaku, tim dokter sejauh ini telah melakukan upaya sebaik mungkin untuk mempersiapkan pelaksanaan operasi Janeeta dan Janeetra hingga hari H nanti. Namun, kata dia, usaha yang dilakukan oleh dokter itu tidak menjamin 100 persen bahwa operasi akan berjalan lancar karena masih ada kemungkinan risiko yang ada.

"Setiap operasi kan pasti ada risikonya, apalagi operasi pemisahan bayi kembar siam ini. Oleh karena itu, sejak awal, orang tua bayi diberitahu risiko risiko yang akan dihadapi. Sebab, itu termasuk adalah salah satu hak dari pasien yakni mengetahui risiko yang akan dihadapi," ujarnya.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik