JAKARTA - Setidaknya 30 orang telah diperiksa oleh pihak Polres Cimahi, Jawa Barat, terkait kematian mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) saat mengikuti ospek Program Pelantikan Anggota Baru (PPAB) di lingkungan jurusan Teknik Geodesi, pada Minggu 8 Februari dini hari.

Demikian diungkapkan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Timur Pradopo saat gelar pasukan jelang Pemilu 2009 di Lapangan Gasebu Bandung, Rabu (11/2/2009).

Puluhan orang tersebut terdiri dari kalangan mahasiswa, Atlas Medica Pioneer serta sejumlah peserta yang terlibat.

Saat ditanyakan apakah Rektor ITB akan ikut diperiksa, Timur tidak menjelaskan secara pasti. Namun dia menegaskan semua pihak yang terlibat akan mendapatkan pemeriksaan.

"Rektor juga kemungkinan akan diperiksa," tukasnya.

Sementara terkait, penolakan autopsi terhadap Dwiyanto Wisnu Nugroho oleh pihak keluarganya, tidak dipermasalahkan oleh Timur. Karena menurutnya, autopsi akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Lagi pula menurutnya, penyelidikan akan terus dilakukan tanpa autopsi sekalipun.

Selain itu, penyelidikan juga akan terus dilakukan, tanpa memerlukan laporan dari pihak keluarga. Karena ini penyelidikan ini berangkat dari laporan masyarakat atas kematian Dwi.

"Di sini kan ada unsur kelalaian, dan pihak rektorat pun sudah menyatakan kegiatan tersebut ilegal. Maka semakin perlu kita menyelidiki kasus ini," paparnya.

Terkait penetapan tersangka, Timur menolak menjelaskan. Namun saat ini masih melakukannya secara intensif.

1 komentar:

Blog Watcher mengatakan...

ATAS NAMA PENDIDIKAN
Putih kapas dapat dilihat, putih hati berkeadaan. Demikianlah keadaanku kini, terbujur kaku di pusaran pembaringan dengan taburan do'a di atasnya. Ya.. memang... aku telah mati!! aku harap... Janganlah engkau terkejut karenanya... aku adalah mayat korban kekerasan atas nama pendidikan.


Tahun 2008... aku putuskan untuk memulai perjalanan panjangku. Teknik Geodesi ITB menjadi pijakan utamaku. ITB.. salah satu Universitas besar... Impianku, ku mulai dari sana.


Berjuta harapan dan terpaung jelas di kampus itu, menjadi orang besar di Indonesia... Menjadi orang berguna. Tujuanku satu, dapat mengarungi maghligai bahagia di masa mendatang.


Setelah beberapa lama...

Rencana tinggalah rencana. Semua sia-sia belaka... Kala ku tahu kekerasan menjadi legalitas disana. Dengan sangat terpaksa, satu persatu mimpi indahku terpaksa ku tanggalkan. Mimpiku membuatku terluka. Mimpiku membuat aku menderita. Aku kecewa... kecewa... sungguh kecewa...

Di ITB, aku hanyalah sansak hidup yang berada dalam arena tinju pendidikan Universitas. Mereka bebas menamparku, meraka bebas menginjakku, mereka bebas memukulku, mereka meludahiku... mereka bebas melakukan kekerasan... semua demi nama pendidikan...


Feb 2009... dengan berat hati, aku mengakhiri perjalananku. Ku tutup mataku... Ku hembuskan nafas terakhirku... Karena pendidikan mengajarkan kekarasan.

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik