TERNATE - Pemerintah kota Ternate tanpa menunggu lama akhirnya bisa merealisasikan pembangunan monumen untuk menghormati jasa ilmuan Alfred Russel Wallace.
Bertempat di lokasi lahan rumah yang merupakan kediaman peneliti biogeografi itu, bangunan rumah yang merupakan peninggalan Belanda di Jalan Nuri, kelurahan Santiong, Ternate Tengah itu, diduga kini telah berganti rupa karena sudah lama dibongkar dan diganti bangunan baru.
"Dari surat Wallace yang dikirimkan pada Charles Darwin (pencetus teori evolusi) disebutkan, dirinya tinggal di sebuah rumah yang diberikan pengusaha hasil bumi asal Belanda bernama Duvent Boden yang jaraknya tak jauh dari pantai dan pasar yang jika berjalan kaki bisa ditempuh dalam lima menit," kata Walikota Ternate Syamsir Andili dalam sambutannya, Rabu (3/12/2008) siang WIT.
Sebuah sumur di rumah itu, yang dalam surat Wallace, memiliki air yang segar dan bisa langsung diminum masih terlihat dirawat dengan baik. Selain itu, bekas tembok yang diduga sisa benteng masih bisa ditemukan tepat di halaman kantor KPUD Ternate. Rencananya tembok bekas benteng itu akan tetap dipertahankan.
Selain itu, untuk menghormati tokoh yang tiba di Ternate pada 8 Januari 1858 atau tepat 150 tahun lalu itu, Pemkot juga telah mengganti jalur Jalan Nuri menjadi Jalan Alfred Russel Wallace. Bersama dengan ketua LIPI Umar Anggara Jenie, Wali Kota membuka selubung papan nama baru tersebut.
"Ini bagian dari honour for the past and celebrate for the future bagi Wallace atas jasa-jasanya dalam ilmu pengetahuan. Ini juga merupakan monumen Wallace yang pertama di Indonesia," ujar walikota Ternate sedikit berbangga.
Selain hal dua tadi, LIPI sendiri dalam kesempatan hari yang sama secara resmi menjadikan Ternate sebagai pusat observari kawasan Wallace. Berlangsung di laboratorium laut LIPI di kelurahan Sasa, walikota Ternate dan ketua LIPI secara bersama menandatangani prasasti pembangunan observatorium tersebut.
Sekedar catatan, Wallace sendiri adalah ilmuan asal Inggris yang melakukan penelitian tentang flora dan fauna di belahan Nusantara yang memiliki gagasan tentang bagaimana spesies berubah bentuk dari pendahulunya sehingga menjadi lebih kuat dan sempurna.
Sebelum menemui teori tersebut, selama bertahun-tahun Wallace sempat berusaha mencari jawaban dari pertanyaan dunia saat itu dengan melakukan perjalanan ke Nusantara yang dinamainya the Malay Archipelago.
Akan tetapi secara mendadak sekaligus tiba-tiba, Wallace menemukan jawabannya. Dan kesimpulan itu justru didapat saat tengah terbaring lemah terserang malaria di Ternate (Februari 1858). Ia menyimpulkan, "Spesies yang mampu bertahan hanya mereka yang paling kuat dan sehat saja, sementara yang lemah dan tidak sempurna akan punah."
Hasil temuannya itu lalu dikirimkan dalam bentuk surat pada rekannya yang juga tengah mencari jawaban atas pertanyaan yang sama yakni Charles Darwin.
Lewat sepucuk suratnya yang diberi judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type, Wallace telah mendorong Darwin untuk mengemukakan teori tentang evolusi yang dikenal hingga saat ini.
Surat-surat Wallace itu belakangan termasyur dengan sebutan Ternate Paper atau Letter From Ternate (Surat dari Ternate) dimana Wallace mencetuskan cikal bakal teori itu pada Darwin.
Wallace juga menarik kesimpulan bahwa ada semacam garis yang memisahkan flora-fauna di barat dan timur Nusantara. Sehingga ada batas antara flora-fauna di barat yang lebih mirip margasatwa di Asia dengan flora-fauna di timur yang mulai berbau Australia.
Dia berhipotesa bahwa garis pemisah itu membentang mulai dari Selat Lombok ke arah Selat Makasar, kemudian membelok ke arah timur melewati Mindanao (masuk wilayah Filipina) dan Sangihe.
Rabu, 03 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar