SURABAYA - Ombak besar disertai angin kencang berpotensi terjadi di Wilayah Perairan Selatan Pulau Jawa. Ketinggian ombak diperkirakan mencapai tiga hingga empat meter.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tanjung Perak, Surabaya, menyatakan gelombang besar itu akibat badai di Laut Timor yang akan terjadi pada akhir Desember. Ekor badai yang belum diidentifikasi namanya itu diyakini berdampak serius bagi jalur pelayaran di Selatan Pulau Jawa, Selat Bali hingga sebagian utara Laut Jawa.

Cuaca diprediksi akan terus memburuk seiring meningkatnya intensitas curah hujan di penghujung 2008. "Puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari," kata Kepala Seksi Obsevarsi dan Informasi BMG Tanjung Perak Arif Triono di Surabaya, Selasa (16/12/2008).

Kondisi lebih buruk akan terjadi di Perairan Selat Karimata dan Selat Malaka. Di sana, ombak besar dengan ketinggian di atas empat meter bisa terjadi akibat badai dari arah Laut China. Berbeda dengan badai di Laut Timor yang lokasinya cukup jauh dari kepulauan Indonesia, badai di Selat Karimata terjadi hingga sisi barat Pulau Kalimantan.

Masalahnya, badai dijalur padat pelayaran itu diprediksi berlangsung hingga beberapa hari. Berdasar peta perakiraan badai yang dikeluarkan BMG pusat, badai besar yang berpotensi menimbulkan ombak hingga ketinggian 4 meter bakal terjadi mulai tanggal 21 Desember.

Pergerakan angin akan membawa badai ini dari arah laut China hingga pinggiran kepulauan Karimata dan Semenanjung Malaka. "Badai yang terlihat pada peta prakiraan BMG di laut Timor ini sebenarnya tidak langsung mengenai perairan Laut Selatan Jawa. Tapi ekor badai ini biasanya akan terasa hingga Selat Madura," kata prakirawan senior Arif.

Karena itu, pihaknya menyarankan pada seluruh armada pelayaran maupun nelayan untuk ekstra hati-hati. Arif berani memastikan kondisi tidak menentu tersebut bakal terus terjadi seiring meningkatnya intensitas curah hujan hingga Februari.

"Apakah prakiraan cuaca ini akan dijadikan rujukan administratur pelabuhan untuk menutup sejumlah jalur pelayaran, kami tidak tahu. Kewenangan dan tugas kami hanya memberi informasi cuaca khususnya diperairan Laut Indonesia dan sekitar pelabuhan," papar Arif.

Humas Administratur Pelabuhan (Adpel) Tanjung Perak Sri Sukaisi mengatakan, telah mengimbau setiap kapal yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Perak agar bersikap lebih waspada. Terutama dalam mengantisipasi badai di tengah laut yang kini mulai kerap terjadi. "Imbauan ini terutama kami tujukan ke kapal-kapal rakyat yang memiliki tonase kecil dan menengah. Mereka paling rentan jika terjadi badai dan gelombang tinggi," ujarnya.

Kebijakan untuk menghentikan lalu lintas pelayaran apalagi hingga penutupan Pelabuhan Tanjung Perak, lanjut Sri, tidak akan pernah dilakukan. Kecuali dalam kondisi perang atau bencana alam. Adapun keputusan untuk berlayar diserahkan ke masing-masing nahkoda kapal.

"Kalau kapal besar yang menghubungkan antar benua, saya kira ombak dengan ketinggian 4 meter pun tidak masalah. Beda halnya dengan kapal-kapal rakyat yang rata-rata ukuran tonasenya kecil," lanjutnya.

Hal serupa juga diantisipasi oleh PT Indonesia Ferry selaku pengendali jalur penyeberangan Ujung-Kamal. Aktivitas ferry penyeberangan akan dihentikan jika terjadi gelombang tidak stabil di selat Madura. Terutama di jalur penyeberangan ferry dari dermaga Ujung menuju dermaga Kamal. Demikian juga dengan sebaliknya.

"Sejauh ini masih normal. Belum ada tanda-tanda badai akan terjadi. Bagaimanapun segala kemungkinan tetap akan kami antisipasi," kata Manajer Operasional PT Indonesia Ferry Waluyo.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik